

JAKARTA – Biaya hidup yang terus merangkak naik mendorong masyarakat Indonesia untuk lebih cermat dalam mengatur keuangan pribadi.
Laporan terbaru dari lembaga riset konsumen global, YouGov, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menghadapi tekanan ekonomi dengan mengubah cara mereka menabung, berutang, dan berinvestasi.
Temuan ini, berdasarkan survei daring terhadap 2.067 responden dewasa yang mewakili populasi online nasional, mencerminkan adanya kehati-hatian, peningkatan literasi digital, dan pencarian stabilitas di tengah ketidakpastian.
General Manager YouGov Indonesia, Edward Hutasoit, menjelaskan bahwa studi ini menggambarkan bagaimana masyarakat bertahan dalam setahun terakhir di tengah pendapatan yang stagnan dan pengeluaran yang terus meningkat.
“Laporan yang sama juga menunjukkan bahwa optimisme tetap kuat, dengan banyak responden mengambil langkah nyata agar tetap bertahan secara finansial,” kata Edward pada Selasa, 24 Juni 2025.
Edward menambahkan, kekhawatiran terhadap situasi ekonomi tidak hanya memengaruhi perilaku rumah tangga, tetapi juga meningkat secara keseluruhan. Studi makroekonomi terpisah YouGov pada April 2025 menunjukkan bahwa 66% responden menyebut ekonomi sebagai kekhawatiran utama, angka yang terus meningkat sepanjang tahun.
Kekhawatiran terhadap arah kebijakan mencapai 53%, sementara isu keamanan pekerjaan melonjak menjadi 44% pada Februari.
“Kekhawatiran makro ini menjadi konteks penting untuk memahami meningkatnya penggunaan kredit, berkurangnya menabung, serta preferensi masyarakat memilih instrumen investasi yang lebih stabil,” jelasnya.
Pinjaman Jadi Solusi Utama Hadapi Tekanan Biaya Hidup
Untuk menghadapi tekanan biaya hidup, banyak masyarakat menjadikan pinjaman sebagai solusi. Lebih dari separuh responden (54%) mengambil pinjaman dalam 12 bulan terakhir, terutama dari kalangan Milenial (59%) dan Gen X+ (58%). Sumber pinjaman didominasi oleh platform digital dan informal, di mana 36% responden mengaku semakin sering menggunakan pinjaman online atau menjual barang berharga.
Selain itu, lebih dari seperempat responden melaporkan peningkatan penggunaan kredit bank (28%), layanan Pay Later (27%), dan pinjaman dari keluarga atau teman (27%).
Aset Minim Risiko Jadi Pilihan Investasi
YouGov juga mencatat bahwa emas masih menjadi pilihan utama untuk berinvestasi, dipilih oleh 47% responden lintas generasi. Milenial cenderung paling memilih emas dan instrumen berisiko rendah, sementara Gen Z menunjukkan kecenderungan lebih tinggi untuk berinvestasi di pasar modal (34%), angka tertinggi dibandingkan generasi lain.
Tingkat pendapatan sangat memengaruhi preferensi investasi:
- Responden berpenghasilan di atas Rp20 juta per bulan lebih memilih emas (72%), instrumen pasar modal (60%), dan properti (43%).
- Kelompok berpendapatan lebih rendah cenderung memilih emas dan menghindari investasi berisiko tinggi.
