Sistem Geolistrik Air Tanah Mulai Diterapkan di Kabupaten Bekasi, Para Petani Semoga Bisa Atasi Kekeringan

Kab Bekasi, caraka-news.com Program potensi sumber air tanah dengan sistem geolistrik air tanah yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) di Kampung Kedungringin masih sebatas survei dan datanya baru akan diolah terlebih dahulu untuk menentukan tanah tersebut akan dilakukan pengeboran atau tidak, Selasa, (19/08/2025).

Cara ini dilakukan untuk menentukan lokasi potensial sumber air tanah, termasuk kedalaman dan ketebalan akuifer.

Dari hasil olah data geolistrik pada lokasi tertentu tersebut nantinya akan menentukan apakah tanah tersebut mengandung air atau tidak.Setelah itu petugas akan melakukan pengeboran berdasarkan hasil data yang sudah diproses.

Salah satu petugas perwakilan BBWS, bernama Tri mengatakan bahwa survei menggunakan metode geolistrik ini masih dalam tahap awal pengolahan data.“Kalau hasil data menunjukkan potensi air, kita lanjutkan ke tahap pengeboran. Tapi kalau tidak ada, tentu tidak bisa diteruskan,” ujarnya.

Sistem ini tentunya menjadi harapan para petani terutama petani padi yang saat ini sawahnya tengah mengalami kekeringan akibat kemarau.

Kegiatan ini disebutkan sebagai langkah awal menuju solusi irigasi, namun belum ada jaminan bahwa pengeboran akan benar-benar dilakukan karena setiap tanah yang di survei belum tentu memiliki potensi mengandung air yang cukup.

Meskipun akhir – akhir ini di Kabupaten Bekasi sudah mulai hujan namun debit air hujan masih sangat rendah untuk bisa mengairi sawah.

Pernyataan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani, yang selama ini menghadapi kesulitan air bersih untuk mengairi sawah.

Darta, Ketua Kelompok Tani Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, mengungkapkan bahwa air yang tersedia saat kemarau bersifat asin dan tidak layak digunakan.

“Disini sangat susah dapat air bersih. Apalagi untuk persawahan. Saat kemarau situasi makin parah, air yang ada asin jadi tidak bisa dipakai mengairi sawah, kami berharap sistem ini benar -benar jadi solusi, ” kata Darta.

Informasi dari pihak pertanian menyebutkan ada lima titik potensial yang sedang didata dengan kedalaman perkiraan mencapai 150 meter. Namun, seluruh proses masih bergantung pada hasil pengolahan data yang belum diumumkan.

Mayoritas warga Dusun II RT 04 RW 013 Desa Sukaringin menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Minimnya pasokan air bersih telah menyebabkan penurunan hasil panen secara signifikan.

“Kami berharap pengeboran ini benar-benar terwujud. Ini satu-satunya harapan agar lahan sawah bisa produktif lagi,” tambah Darta.

Meskipun BBWS menegaskan bahwa survei ini merupakan bagian dari tahapan teknis yang harus dilalui sebelum pengeboran, namun tanpa kejelasan waktu dan hasil survei para petani tetap berada dalam kekhawatiran tak memperoleh air.

RELATED POSTS