

Oleh Dr. Ahmad Kosasih, S.E., M.M.
Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka.
caraka-news.com –Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah inisiatif mulia, memberi akses gizi bagi anak-anak sekolah, membantu mengatasi stunting, memperkuat ketahanan gizi nasional.
Namun, ketika banyak laporan muncul tentang keracunan dari program ini, seharusnya bukan hanya “gratis” yang kita soroti tapi juga aman, bermutu, dan terpercaya.
Realitas Keracunan yang Tak Boleh Disepelekan
Dalam beberapa bulan terakhir, publik menyaksikan banyak pemberitaan mengenai siswa yang jatuh sakit setelah menyantap makanan MBG.
Gejalanya berulang: mual, muntah, pusing, hingga harus dirawat. Angkanya memang tampak kecil dibanding jutaan penerima manfaat, tetapi jangan lupa, setiap anak yang sakit berarti ada kegagalan dalam rantai penyediaan makanan.
Lebih jauh, satu kasus keracunan sudah cukup untuk meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap program yang seharusnya melindungi kesehatan generasi muda.
Anak-anak sejatinya berhak memperoleh asupan yang tidak hanya bergizi, tetapi juga aman bagi kesehatan mereka.
Namun, kasus keracunan yang berulang menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan orang tua.
Sebagian bahkan mulai ragu untuk mengizinkan putra-putrinya menerima jatah MBG.
Akar Masalah ;
Tata Kelola dan Pengawasan
Persoalan utama bukan terletak pada idenya, melainkan pada pelaksanaannya.
Bagaimana pemilihan mitra penyedia makanan, standar higienitas dapur, hingga kualitas pengolahan, distribusi bahan baku, penyimpanannya serta dapur yang belum menerapkan prosedur keamanan pangan.
Seluruh rantai dari pengadaan bahan, pengolahan, penyimpanan, pengiriman, dan penyajian harus mengikuti standar mutu dan keamanan pangan.
Di sisi lain, pengawasan pun terbatas karena jumlah petugas di lapangan jauh lebih sedikit dibanding cakupan program yang begitu luas.
Kondisi ini menunjukkan bahwa perbaikan tata kelola menjadi sangat penting agar tujuan mulia program dapat tercapai secara optimal.
Kenapa “Gratis” Tidak Cukup
Gratis bukan berarti tanpa tanggung jawab. Memberikan makanan bergizi kepada anak-anak adalah tugas besar.
Sebab dampaknya bukan sekadar kesehatan sementara, tapi bisa mempengaruhi kepercayaan masyarakat, bahkan bisa jadi trauma bagi anak dan orang tua.
Anak-anak yang mengalami keracunan bisa kehilangan semangat, bahkan enggan lagi makan makanan yang disediakan sekolah.
Trust yang hilang itu sulit dikembalikan. Belum lagi beban tambahan ke fasilitas kesehatan jika terjadi keracunan massal.
Solusi yang Urgent dan Praktis
Agar MBG bukan hanya membantu, tetapi juga dapat dipercaya, berikut beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan:
1.Perkuat standar keamanan pangan.
Setiap dapur yang terlibat wajib memenuhi standar yang seragam, mulai dari pemilihan bahan baku, penyimpanan, pengolahan, hingga distribusi.
2.Libatkan daerah dalam pengawasan.
Pemerintah pusat tidak bisa bekerja sendiri. Dinas kesehatan, sekolah, hingga masyarakat lokal perlu diberi peran dalam mengawasi dan melaporkan kondisi lapangan.
3.Sertifikasi dan pelatihan petugas dapur.
Semua tenaga yang terlibat, mulai dari juru masak hingga pengantar makanan, harus mendapat pelatihan mengenai higiene dan keamanan pangan.
4.Transparansi mitra penyedia.
Publik berhak tahu siapa yang menyiapkan makanan, dari mana bahan berasal, dan bagaimana proses distribusinya. Keterbukaan ini akan menumbuhkan rasa percaya.
5.Sistem pelaporan cepat.
Setiap insiden harus segera diinvestigasi dan ditindaklanjuti. Evaluasi berkala wajib dilakukan agar masalah yang sama tidak berulang.
6.Pertimbangkan jaminan kesehatan.
Jika terjadi kasus keracunan, anak-anak dan keluarganya harus mendapat perlindungan berupa perawatan dan kompensasi. Ini menunjukkan keseriusan negara dalam melindungi warganya.
Penutup
MBG adalah program strategis yang punya potensi luar biasa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Tapi untuk mencapai itu, kita harus memastikan implementasinya tidak menimbulkan risiko. Keracunan MBG adalah alarm: gratis saja tidak cukup jika “gratis itu sakit”.
Kita perlu komitmen semua pihak, pemerintah pusat, daerah, sekolah, masyarakat untuk memastikan keamanan pangan menjadi syarat mutlak, bukan opsi.
Jika ini terlaksana, MBG tidak hanya akan menjadi program yang patut dibanggakan, tetapi juga aman, bermutu, dan menjadi contoh bagaimana negara menyediakan hak dasar yaitu pangan bergizi dengan penuh integritas dan tanggung jawab.(AK)
